Tuesday, July 7, 2009

Si Pecundang

Sunyi, senyap, tenang ditambah selingan senandung Ebit G Ade dari komputer yang terletak diruang utama. Sudah habis masa berlalu melewati putaran detak-detak jarum jam yang tak akan pernah bisa untuk diulang kembali. Gelak tawa keakraban, obrolan

santai, diskusi kecil, perencanaan, tidak begitu bersahabat lagi ditelinga setelah sekian lama lenyap ditelan realita. Tak banyak yang bisa diperbuat, hanya raut wajah kusam yang muncul dari paras ketertekanan yang memaksa melangkah untuk menyendiri menghindari kerumunan yang sudah lama menyeret dalam putaran pusarannya.

Realita menyeret paksa memasuki dunia tanpa arti, tanpa makna, dan tanpa warna. Aku lelah menjalaninya tapi aku masih tergoda dengan imingan sumbangnya yang tak pasti. Aku kecewa. tapi siapa yang peduli dengan kekecewaan ini. Kau, anda, kamu, antum? tak layak bagiku untuk mengemis mencari belas kasihan orang lain menghilangkan luka laraku. Tidak dan tak akan. Biar aku sendiri yang meleyapkannya atau sekalian aku menjadi pecundang sejati yang hanya bisa merapi kekesalan yang kandang mengasyikkan itu.

Idealisme….bulshit, toh aku sendiri tak pasti idealisme apa yang ku usung melewati dimensi yang kian buram menanti diujung perjalanan melelahkan. Aku letih, aku kecapean. Izinkan aku menjauhi keruman manusia, kerumunan aktifitas, keruman kegiatan. Biarkan aku menyendiri dari kerumunan tak bertuju itu, bahkan izin kan aku untuk menyendiri dan menjauh dari diriku sendiri. Karena aku juga bagian dari keruman itu sendiri. Biarkan aku menentang idelisme yang pernah tertoreh dalam akal, dan dalam emosiku. Biarkan aku asyik-masyuk berteman kesepian hasil kekesalan diriku. Biarkan aku menjadi pencundang. Aku gak akan marah bila orang mengecapku dengan nama pecundang. Pekerjaan yang sedang kulewati juga aktifitas seorang pecundang. Apa salahnya aku meraih gelar pecundang sejati ketimbang aku tidak punya identitas sama sekali toh aku sendiri tidak kenal lagi siapa aku. Mungkin dengan menjadi seorang pecundang aku akan dapat meraih identitas diriku sebenarnya yang merupakan impian terbesarku. Apakah aku benar-benar akan menjadi seorang pecundang? atau menjadi seorang lelaki sejati? waktulah yang akan menghakiminya. Bukan aku apa lagi kau.

0 comments:

Post a Comment

  © Sponsored by khazanah1

Kembali ke ATAS