Sunday, January 10, 2010

Senandung Durjana

O kamu yang dibalut kearifan, yang buku-buku memenuhi kepala
Datanglah padaku
Ringkus, penjarakan dalam kebijaksanaanmu

Tapi..
Mampukah engkau menangkapku,
mengikuti alur logikaku
Ketahuilah..
Aku menguasai akses perak dan politik
Syairku memenuhi media dan tulisan
Aparat dan hukum dalam mantraku
Sedang kamu terlelap dalam khutbah-khutbah membosankan
Kalau begitu, dengan jaring apa kau jerat aku
Sihir milikku lebih memabukkan dari anggur hikmahmu
Perut dan pakaian bala tentaraku

10/1/2010


Nanggung ach.., baca lagi dong! Nanggung ach.., baca lagi dong!

PRIBADI

Merengek meminta
Melucuti diri, rapuh, mengakui,
merendah diri, malu-malu dan memuja.
Takut, cemas, harap dan menangisi

percaya diri, optimis, senyum,
kokoh, elegan, kaya.
Tak meminta dan menunduk-nunduk
Gunung sinai di ukir

Jangan dibalik atau disamakan
Dihadapan Tuhan adalah anak kecil
Pada semesta dan manusia ia perkasa
Singa di siang hari, rahib di hening malam

2009

Nanggung ach.., baca lagi dong! Nanggung ach.., baca lagi dong!

Dekat Kok

Hai musafir..
Berapa lama lagi kau akan berjalan
Pencarianmu sia-sia belaka,
karena menolak desah manusia.

Dia ada di sini
Dekat kita sendiri
Arungi setiap nadi
Akan kau jumpai misteri

Januari 2010

Taman Diri

Bangunlah taman dalam dirimu
petik buahnya kapan dimana saja
taman pada dirimu
menghanguskan taman-taman luar

Januari 2010

Nanggung ach.., baca lagi dong! Nanggung ach.., baca lagi dong!

Nadi Bangsaku

Ketakutan mulai menghampiri
Padam sudah api dalam sekam
Aku diam, beku, pekat, lunglai
O mentari pagi, usir monster malam itu dari pandangan
Nyalakan apiku

Dunia sepenuhnya milik pribadi-pribadi besar, bukan milik orang kaya, bangsawan, politikus tapi kepunyaan si pembawa obor.
Di dadanya memancar seribu sungai
Nil, Eufrat, Tigris, Musi mengalir di jemarinya
Suluhnya selalu terang
Gairah membakar dadanya
Tembok Cina tunduk dalam pancaran kemilau

Hai pemilik catatan hikmah,
jangan tukar kertasmu dengan sehelai sutra
Buku kusammu lebih bernilai dibanding singgasana Romawi

Dialah bencana itu
Hatinya diliputi kekalahan
Bicaranya manis bak madu lebah hutan
Pembangunan, kerakyatan, kemandirian, toleransi, persamaan, serta isme-isme menghiasi bibir rancunnya.
Aku gak ngerti apa yang mereka katakan
Semuanya terasa asing bagiku
Kecerdasannya tak di-imbangi kejujuran intelektual

Samar kudengar detak jantungku
Suara kekalahan, apatis, ketamakan memudarkan degup nadi
Bukit barisan tersimpuh di bawah patung liberti bak onggoan abu dapur
Hai Indonesia negeri madu, berhatilah pada Abdullah bin Ubay bin Salul
Parasnya memancarkan persahabatan, tapi hatinya ular
Dialah yang menjual bangsa demi perut dan pakaian
Dia bukan orang asing, bagian keluarga ini

2009

Nanggung ach.., baca lagi dong! Nanggung ach.., baca lagi dong!

Kembali

Adakah sinar menghampiri
Mana ar Raniri Hamzah Fansuri
Adakah berdiri di kaki sendiri,
atau tergantung bius bermerek kesturi

Mari ke dalam diri
Reguk hikmah taman sari
Suluh Baghdad Cordoba,
akan kembali bercahaya

04/01/2010

Nanggung ach.., baca lagi dong! Nanggung ach.., baca lagi dong!

  © Sponsored by khazanah1

Kembali ke ATAS