Return of My Memory
Suaranya mengingatkan suasana Ramadhan. Indah, dan memiliki pengaruh bagi para makmum yang berada dibelakangnya. Pemilik suara itu adalah Syaikh Yasir Salamah. Kali ini beliau menyempati diri mengimami sholat Isya di Mesjid Salam. Lazimnya saat bulan puasa tiba, selama sebulan penuh beliaulah menjadi imam taraweh di mesjid yang berarsitektur Qubah Assakhra di Palestina yang tertawan itu.
Bacaannya mampu menggugah makmum. Disamping saya, seorang bapak setengah tua tak tahan menahan suara isakannya karena meresapi ayat demi ayat yang dilantunkan. Betapa indah dan damai suasana seperti ini. Tak ubah guyuran embun di padang Sahara yang gersang membakar. Begitu nikmat alunannya, perpaduan keindahan suara dan redaksi ayat mampu menggetarkan hati dan meneguhkan paradiqma sentralitas tata nilai yang terkandung dalam al Quran sebagai kitab semesta. Puzle-puzle pikiran yang berserakan dan kabur ditelan aktifas mulai saling berdekatan. Bergerak kesatu arah membentuk suatu keutuhan cahaya. Tibalah saat selanjutnya, bagaimana menyibak cahaya semesta itu, batinku. Akupun sadar dangkalnya ilmuku tentang cahaya, terlebih korelasinya terhadap misteri semesta yang paradoksal, penuh keanehan dan benturan bahkan mematikan, disamping keajaiban yang meliputinya.
Potongan-potongan ingatanku kembali kepermukaan yang telah ku goreskan dan terpendam:
Terpancang di alam semesta
mengorbitkan sejuta misteri
dan diayun selaksa pertanyaan
tak habis dicari dan digali
dahaga belum terbasahi
berburu abstrak hakikat wujud
dari satu titik ketitik lainnya
hati-hati!
terperangkap titik palsu
menuju kepalsuan berikutnya
ular dan kalajengking menjelma
pastikan kompasmu benar
mawas pada fatamorgana
indah kerontang tak berguna
gelombang badai dan gulita samudera
menelan biduk tanpa pelita
Banyak benang kusut yang belum terurai, kaca belum dibersihkan. Bagaimana melihat semesta ini.
Saturday, July 4, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment